Kamis, 03 Mei 2012

Denial

Berapa lama seseorang bisa hidup dalam denial?

Jawabannya bervariasi.

Inget ga dulu waktu SMP, kita disuruh bikin percobaan untuk membuktikan bahwa mahluk hidup itu pasti bernafas.

Secara pribadi, gw lebih suka kalau percobaannya dilakukan dengan metode assassin creed: bekep seseorang sampai mati. Tapi tentu saja bukan itu metodenya.

Metode yang dilakukan adalah menaruh belalang di sebuah tabung. Dalam tabung tersebut dimasukan unsur kimia X yang berfungsi untuk menyerap karbon dioksida. Kemudian di ujung tabung tersebut, diteteskan setetes pewarna. Setelah itu, tabung ditutup rapat-rapat agar tidak ada udara yang bisa keluar masuk tabung.

Saat si belalang bernafas, secara otomatis tetesan cairan berwarna turut tersedot bersama oksigen dan bergerak ke arah si Belalang. Ini membukitkan, tutur sang guru biologi, bahwa Belalang tersebut bernafas.

Ribet banget ya? Jauh lebih praktis metode assassin creed. -_-

Anyway, belalang kelompok gw kami kasih nama Jackson. Ketika Jackson dijajarkan dengan tabung belalang milik kelompok lain, kami kemudian dihibur dengan lomba 'balap bernafas' para belalang. Jackson menghabiskan kadar oksigennya dengan cepat dan menjadi Belalang pertama yang berhasil menarik cairan berwarna ke ujung dalam. Diluar Jackson, ada belalang yang bernafas dengan tempo lambat tapi konstan, ada juga belalang yang bernafas dengan tempo sangat cepat lalu kemudian berganti menjadi sangat lambat.

Bervariasi.

Sama kaya belalang, waktu hidup dalam fase denial juga sangat bervariasi.

Gw pernah ketemu orang yang hidup dalam fase denial selama bertahun-tahun. Menyisakan "Are you blind? Are you fucking kidding me?" yang tergantung tak terucap karena diri ini tak sampai hati.

Dan mungkin ini sexis, tapi dari pengamatan gw, wanita lebih jago hidup dalam fase denial dibanding pria. Wanita bisa menciptakan dunia nyaman-nya sendiri yang penuh ilusi dan hidup didalamnya dalam waktu yang sangat lama.

Dan gw rasa bukan cuma gw yang berpendapat kaya gini. Inget kata-kata Jack Sparrow di film Pirates of Caribbean: At Worlds End? "Adalah tugas seorang gentleman untuk membiarkan wanita hidup dalam ilusinya." Ilusi disini, tentu saja, adalah denial.

As for myself, since I'm a rational male species, I don't live 'that' long in denial phase. Hanya dalam hitungan minggu, pikiran gw meluncur deras ke arah realitas. Tinggal landas meninggalkan kenyamanan pelukan fase denial.

Mulai dari...

"Dia masih sayang gua"

"Gua masih penting buat dia"

"Dia masih butuh gua"

Sampai ke...

"Dia pacaran paling cuma ngincer duitnya doang"

"Dia gak bakal lama kok pacarannya"

"Dia masih lebih nyaman sama gua dibanding sama pacarnya"

Sampai akhirnya gw sadar bahwa dia emang bener-bener sayang sama pacarnya, bukan cuma ngincer duitnya, dan gw udah bukan siapa-siapa lagi.

Dan pikiran gw kemudian berakhir di,,,

,,,

...

...

...

"Fuck."

Tidak ada komentar: