Tampilkan postingan dengan label Money Management. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Money Management. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Desember 2014

Manajemen Keuangan yang Perlu Kamu Terapkan di tahun 2015

Kurang dari dua minggu lagi, tahun 2014 akan resmi berakhir. Periode ujung tahun ini sebaiknya kita gunakan untuk mengevaluasi segala kekacauan yang kita lakukan di tahun 2014 dan merencanakan hal-hal yang perlu dilakukan agar pada tahun 2015 nanti kita bisa hidup dengan lebih teratur.

Salah satu aspek yang paling penting untuk dievaluasi adalah aspek finansial. Hal ini terutama jika Anda seperti saya, first jobber dengan 0-2 tahun pengalaman kerja yang belum cakap mengatur keuangan pribadi. Apabila Anda bertanya-tanya mengapa setiap akhir bulan selalu ada fase melarat, mengapa tabungan Anda belum juga naik digit dan mengapa dunia tidak lagi semudah masa-masa dikasih duit sama babeh, ada baiknya Anda membaca tulisan ini.

Dalam tulisan ini, saya akan berbagi daftar perencanaan keuangan yang perlu, bisa dan harus sudah Anda terapkan pada tahun 2015. Daftar ini diambil dari buku 100 Langkah untuk Tidak Miskin karya Ligwina Hananto. Silahkan catat!

1. Memisahkan Pengeluaran Bulanan dan Mingguan

Saat saya baru mulai bekerja, salah satu senior saya mengajarkan bahwa cara untuk berhemat adalah dengan hanya mengambil Rp 50.000,00 setiap bertandang ke ATM. Saya mempraktekan hal ini selama beberapa bulan tanpa hasil yang berarti, karena ternyata ketika nominal uang yang diambil saya batasi, frekuensi kunjungan ke ATM justru meningkat drastis. Hasilnya ya sama aja bohong. ._.

Akhirnya saya memutuskan untuk merencanakan pengeluaran dengan menggunakan langkah pertama dari Ligwina. Pengeluaran bulanan (kos, pulsa, dll) dan pengeluaran mingguan (makan, nongkrong, dll) saya daftar. Setelah semuanya terdaftar, saya lanjut ke langkah nomer dua.

 2. Pergi ke ATM Seminggu Sekali Saja

Ternyata daripada membatasi nominal yang ditarik, lebih efektif apabila kita membatasi kunjungan ke ATM. Karena kita sudah memisahkan pengeluaran bulanan dan pengeluaran mingguan, kita bisa tahu persis berapa jumlah yang perlu kita tarik setiap minggu. Sisanya hanya tinggal berkomitmen untuk tidak pergi ke ATM sebelum minggu ini habis. Dengan cara ini, sisa saldo di akhir bulan akan persis seperti yang kita rencanakan di awal.

3. Mengerti Cara Kerja Kartu Kredit

Yap, sebagai kelas menengah galau, hidup Anda akan lebih mudah dengan kartu kredit. Meski banyak bisik-bisik tentang bagaimana kartu kredit dapat menghancurkan hidup Anda, di tangan yang tepat kartu kredit dapat menjadi alat yang ampuh. Ada gadget terbaru dengan cicilan terjangkau dan bunga 0%? Gesek! Booking tiket dan hotel tanpa ribet? Gesek! Mudah, cepat dan berkhasiat.

Satu-satunya yang harus Anda lakukan adalah memahami cara kerja kartu kredit, yang membawa kita ke langkah keempat.

4. Pastikan Hutang Kartu Kredit Lunas Setiap Bulan

Kartu kredit memberi Anda keleluasan untuk membayar minimal 10% dari total tagihan setiap bulan. Meskipun fasilitas ini terdengar bagus, tapi disarankan untuk jangan pernah memanfaatkannya. Tagihan yang tidak langsung terlunasi akan dikenai bunga yang cukup tinggi (duh!) dan akan mengantar Anda langsung ke lilitan hutang yang tidak berujung.

Ketika Anda menggesek kartu kredit, pastikan Anda akan bisa melunasi tagihan kartu kredit tersebut. Apabila rasanya tidak mampu, jangan digunakan. Jika ingin mencicil, pastikan Anda mengambil paket cicilan dari store/produk (bukan dari kartu) yang tagihan setiap bulan serta bunganya jelas (banyak yang 0% loh).

Dalam spirit walk the talk, penulis akan mengakui bahwa penulis pun saat ini belum memegang kartu kredit. Tapi begitu berada dalam posisi yang stabil (fix tidak akan kuliah dulu untuk setahun kedepan) penulis akan segera mengambil kartu kredit (yang murah tentunya, karena tidak akan sering dipakai juga).

5. Membayar Pajak dan Melaporkan SPT

Biasanya pembayaran pajak ini diurus oleh kantor. Kita tinggal membuat (atau bisa dibuatkan kantor) Nomor Pokok Wajib Pajak. Udah bikin aja.

6. Mampu Membayarkan Semua Tagihan & Biaya Hidup Sendiri

Karena saya hidup sebatang kara di Jakarta, by default saya langsung membayar semua tagihan & biaya hidup sendiri sejak gaji pertama turun. Namun menurut Jakarta Post, saat ini ada tren baru dimana first jobber cenderung tetap tinggal bersama keluarganya karena biaya hidup yang mahal. Percaya tidak percaya, tetap tinggal di rumah orang tua justru memiliki dampak buruk seperti overestimation pendapatan, meningkatnya pengeluaran sporadis dan perasaan kurang uang berkepanjangan. Cara mengatasi ini, percaya tidak percaya, adalah mulai carry your own weight and pay your share of living. Bantu orang tua Anda untuk membayar pajak rumah, listrik, air, makan dan lain-lain.

7. Punya Dana Darurat Minimal Sebulan Gaji atau Sebulan Biaya Hidup

So when shit happens you're not completely naked. Tidak sulit. Begitu Anda terbiasa menabung 30% pendapatan, maksimal empat bulan sudah terkumpul.

8. Punya Fasilitas Kesehatan yang Cukup

BPJS atau asuransi swasta buat yang males ngantri di puskesmas. Biasanya dibuatkan oleh kantor tapi bisa juga buat sendiri/bersama keluarga untuk cadangan.

9. Mampu Beramal Minimal 2,5% dari Penghasilan Sebulan

Ya kira-kira satu loyang Pizza Hut dah.

10. Memiliki Rekening Belanja

Buat rekening baru (yang mentolerir saldo Rp 0,00) khusus untuk belanja. Setiap bulan, suntikan dana belanja Anda ke rekening ini. Jika rekening belanja sudah habis ya jangan belanja lagi. Hal ini membantu mengatur pengeluaran biaya gaya hidup terutama untuk yang suka belanja.

11. Mampu Menyisihkan 10% dari Penghasilan untuk Ditabung

10% doang men! Kalau ga kuat bisa jadi ente kebanyakan gaya.

12. Mampu Berlibur tanpa Hutang

Langkah terakhir untuk tahun 2015. Tentukan satu destinasi wisata impianmu dan berliburlah kesana tanpa hutang (dan tanpa meludeskan dana darurat serta tabungan). Jika tidak memiliki destinasi impian, trakirlah keluarga untuk liburan ke tempat yang dekat. Dufan, Transtudio, Arung Jeram atau Pulau Seribu. Go! 

Rabu, 06 Agustus 2014

Duit, Duit, Duit (2)


Kemarin kita telah mengulas tentang pentingnya mempersiapkan kebutuhan dana masa depan. Sekarang kita akan membahas cara cerdas mempersiapkan kebutuhan tersebut, investasi.

Ketika Anda mendengar kata ‘investasi’, mungkin Anda langsung memikirkan permainan uang kelas atas yang dilakukan orang kaya. Pemikiran ini tidak salah (Huu!). Investasi memang membutuhkan modal yang banyak. Untuk berinvestasi saham Anda membutuhkan modal ratusan juta rupiah, sementara untuk investasi obligasi Anda membutuhkan modal milyaran rupiah. Kita yang bukan anak pejabat atau pemilik perusahaan besar tentu sedikit kesulitan mengeluarkan dana sebesar itu.

Untungnya, ada instrumen investasi yang terjangkau bagi orang biasa. ReksadanaReksadana adalah investasi melalui jasa pihak berwenang yang mengumpulkan dana investasi dari ‘orang biasa’ seperti kita, agar terkumpul jumlah dana yang cukup untuk diinvestasikan. Selanjutnya, dana yang terkumpul dari banyak 'orang biasa' ini akan dikelola oleh manajer investasi untuk menghasilkan keuntungan.

Reksadana memiliki mekanisme yang diatur sedemikian rupa untuk memudahkan kita. Misalnya dalam memulai investasi reksadana, kita tidak perlu memiliki modal besar. Penyedia jasa reksadana memperbolehkan kita menanam mulai dari Rp 100.000 setiap bulan. Alhasil Anda tinggal rajin-rajin menyisihkan pendapatan Anda setiap bulan, hampir persis seperti menabung.

Dengan sistem reksadana, ada tiga keuntungan yang Anda dapatkan. Pertama, seperti yang ditulis di atas, Anda dapat berinvestasi tanpa memiliki modal besar. 

Kedua, aset anda akan dikelola oleh orang-orang yang ahli alias manajer investasi. Para ahli ini memiliki pemahaman luas terhadap cara kerja ekonomi global dan cara mereguk keuntungan dari investasi. Dengan bantuan para manajer investasi Anda dapat menekan resiko kerugian dan memaksimalkan keuntungan tanpa pusing. 

Ketiga, dengan menggunakan reksadana Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk menjaga aset. Sekali lagi, para manajer investasi-lah yang akan menghabiskan waktunya untuk memantau fluktuasi aset investasi. Anda tinggal rileks dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa harus mengkhawatirkan pengaturan aset Anda setiap saat.

Saat memulai reksadana, Anda bisa memilih tiga instrumen investasi berbeda yakni Pasar Uang (Efek), Obligasi (Pendapatan Tetap) atau Pasar Saham. Ketiga instrumen investasi ini memiliki karakter yang berbeda. Pasar Uang memiliki tingkat keuntungan dan resiko rendah; Obligasi memiliki tingkat keuntungan dan resiko sedang; dan Pasar Saham memiliki tingkat keuntungan dan resiko tinggi. Secara umum prinsipnya adalah, semakin tinggi potensi keuntungan maka semakin besar juga resiko kerugian sebuah instrumen investasi.  

Karena perbedaan tingkat resiko dan keuntungan ini, Anda harus memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan investasi Anda. Untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 5 tahun), pilih yang aman (Pasar Uang). Untuk kebutuhan jangka panjang (lebih dari 10 tahun), jangan takut ambil resiko (saham). Contohnya, untuk persiapan dana pensiun yang masih 30 tahun lagi, Anda bisa memilih reksadana saham. Sebaliknya untuk persiapan dana pernikahan yang tinggal 5 tahun lagi, pilihlah reksadana pasar uang agar resiko berkurang. Cukup sederhana bukan?

Berikut ilustrasi keuntungan per-tahun beberapa instrumen investasi reksadana (tabungan dimasukan sebagai perbandingan).

Dan berikut komparasi antara hasil investasi reksadana saham dengan keuntungan rata-rata 23% (saham) per tahun dengan hasil tabungan, apabila setiap bulan kita meyisihkan Rp 1.000.000.


Cukup menarik? Selanjutnya kita akan membahas lebih dalam tentang investasi reksadana ya. Sampai ketemu, :)

Selasa, 05 Agustus 2014

Duit, Duit, Duit (1)


Lauryn Hill, seorang penyanyi tenar dari Amerika Serikat pernah berkata “We can’t plan life. All we can do is be available for it,”. Perkataan Lauryn memang benar, ada banyak sekali aspek yang tidak bisa kendalikan dalam hidup kita. Meski begitu, kenyataan bahwa hidup tidak bisa diprediksi justru menjadi alasan yang kuat mengapa kita harus merencanakan hidup.

Salah satu aspek kehidupan yang harus direncakan adalah aspek finansial. Tidak banyak dari kita yang sudah merencanakan aspek ini dengan cermat dan cerdas. Kebanyakan keluarga di Indonesia, mungkin termasuk Anda, masih sebatas menabung dana sisa pendapatan bulanan, lalu berharap simpanan tersebut cukup untuk seluruh kebutuhan kelak. Rencana seperti ini tentu tidak ideal.

Mari kita coba hitung angka-angka dana masa depan yang mungkin Anda butuhkan. Dengan asumsi bahwa Anda adalah laki-laki pekerja di sektor formal berusia 25 tahun yang belum menikah dan berencana untuk membangun keluarga, dana yang harus Anda persiapkan adalah:

·         Dana Pernikahan (20 - 100 Juta)

Sudah cek biaya catering dan sewa gedung akhir-akhir ini? Jika calon pasangan/mertua bisa dibujuk, biaya resepsi mungkin bisa Anda tekan. Tapi jika calon pasangan/mertua termasuk gengsian, siap-siap kencangkan ikat pinggang. Orang tua dan pihak pasangan mungkin bisa membantu, jadi kita asumsikan saja dana yang harus Anda persiapkan ‘hanya’ 20 – 100 Juta. Setidaknya biaya kartu undangan Anda yang tanggung, bukan?

·         Dana Properti (500 Juta – 1 Milyar)

Tidak baik untuk berlama-lama tinggal di rumah orang tua atau mengontrak. Masalahnya, rumah tapak atau apartemen harganya naik cepat dalam hitungan minggu.

·         Dana Mobil Pertama (100 – 200 Juta)

Mobil murah atau mobil ‘gaya’ tangan kedua bisa jadi pilihan. Sekarang sudah banyak mobil murah yang bagus, jadi dengan dana 100 Juta seharusnya sudah bisa membawa tunggangan mengkilap.

·         Dana Pendidikan Anak (50 – 200 Juta/anak)

Untuk jaga-jaga, ada baiknya kita mempersiapkan dana pendidikan standar sekolah swasta. 

·         Dana Pensiun (1,68 – 1,92 Milyar)

Usia pensiun masyarakat Indonesia adalah 55 tahun dan angka harapan hidup rata-rata kita adalah 75 tahun. Artinya, Anda akan menghabiskan waktu sekitar 20 tahun atau 240 bulan tanpa pendapatan tetap. Seandainya biaya hidup Anda Rp 7-8 Juta per bulan saat pensiun. Berarti dana yang perlu anda persiapkan adalah Rp 7-8 Juta x 240 bulan, atau 1,68 Milyar – 1,92 Milyar. Sudah siap?

Jika ditotal, biaya yang Anda perlu persiapkan untuk memenuhi 5 aspek ini adalah 2,25 Milyar – 3,42 Milyar.Angka ini belum termasuk inflasi yang rata-rata sebesar 8% per tahun. Untuk pernikahan atau mobil pertama yang bisa diwujudkan dalam lima tahun, pengaruh inflasi memang tidak terlalu terasa. Tapi dana pendidikan (untuk 18 tahun dari sekarang) dan dana pensiun (untuk 30 tahun dari sekarang) akan sangat terpengaruh oleh inflasi.

Seandainya Anda hanya menabung, maka untuk memenuhi setiap kebutuhan diatas Anda harus menabung setidaknya Rp 9,5 Juta setiap bulan jika suku bunga tabungan Anda sama dengan tingkat inflasi. Pada kenyataannya, tingkat suku bunga selalu lebih rendah 3-5% dari inflasi sehingga nilai aset tabungan Anda akan terus tergerus dari tahun ke tahun. Sebagai bayangan, dana pensiun yang perlu Anda siapkan untuk 30 tahun lagi, dengan inflasi 8%, adalah 5,712 – 6,528 Milyar!

Kesimpulannya, jangan hanya menabung saja. Simak tulisan berikutnya ya!