Kurang dari dua minggu lagi,
tahun 2014 akan resmi berakhir. Periode ujung tahun ini sebaiknya kita gunakan
untuk mengevaluasi segala kekacauan yang kita lakukan di tahun 2014 dan merencanakan
hal-hal yang perlu dilakukan agar pada tahun 2015 nanti kita bisa hidup dengan
lebih teratur.
Salah satu aspek yang paling
penting untuk dievaluasi adalah aspek finansial. Hal ini terutama jika Anda
seperti saya, first jobber dengan 0-2
tahun pengalaman kerja yang belum cakap mengatur keuangan pribadi. Apabila Anda
bertanya-tanya mengapa setiap akhir bulan selalu ada fase melarat, mengapa
tabungan Anda belum juga naik digit dan mengapa dunia tidak lagi semudah
masa-masa dikasih duit sama babeh, ada baiknya Anda membaca tulisan ini.
Dalam tulisan ini, saya akan
berbagi daftar perencanaan keuangan yang perlu, bisa dan harus sudah Anda
terapkan pada tahun 2015. Daftar ini diambil dari buku 100 Langkah untuk Tidak
Miskin karya Ligwina Hananto. Silahkan catat!
1. Memisahkan Pengeluaran Bulanan
dan Mingguan
Saat saya baru mulai bekerja,
salah satu senior saya mengajarkan bahwa cara untuk berhemat adalah dengan
hanya mengambil Rp 50.000,00 setiap bertandang ke ATM. Saya mempraktekan hal
ini selama beberapa bulan tanpa hasil yang berarti, karena ternyata ketika
nominal uang yang diambil saya batasi, frekuensi kunjungan ke ATM justru
meningkat drastis. Hasilnya ya sama aja bohong. ._.
Akhirnya saya memutuskan untuk
merencanakan pengeluaran dengan menggunakan langkah pertama dari Ligwina.
Pengeluaran bulanan (kos, pulsa, dll) dan pengeluaran mingguan (makan,
nongkrong, dll) saya daftar. Setelah semuanya terdaftar, saya lanjut ke langkah
nomer dua.
2. Pergi ke ATM Seminggu Sekali Saja
Ternyata daripada membatasi
nominal yang ditarik, lebih efektif apabila kita membatasi kunjungan ke ATM.
Karena kita sudah memisahkan pengeluaran bulanan dan pengeluaran mingguan, kita
bisa tahu persis berapa jumlah yang perlu kita tarik setiap minggu. Sisanya
hanya tinggal berkomitmen untuk tidak pergi ke ATM sebelum minggu ini habis.
Dengan cara ini, sisa saldo di akhir bulan akan persis seperti yang kita
rencanakan di awal.
3. Mengerti Cara Kerja Kartu
Kredit
Yap, sebagai kelas menengah
galau, hidup Anda akan lebih mudah dengan kartu kredit. Meski banyak
bisik-bisik tentang bagaimana kartu kredit dapat menghancurkan hidup Anda, di
tangan yang tepat kartu kredit dapat menjadi alat yang ampuh. Ada gadget
terbaru dengan cicilan terjangkau dan bunga 0%? Gesek! Booking tiket dan hotel
tanpa ribet? Gesek! Mudah, cepat dan berkhasiat.
Satu-satunya yang harus Anda
lakukan adalah memahami cara kerja kartu kredit, yang membawa kita ke langkah
keempat.
4. Pastikan Hutang Kartu Kredit
Lunas Setiap Bulan
Kartu kredit memberi Anda
keleluasan untuk membayar minimal 10% dari total tagihan setiap bulan. Meskipun
fasilitas ini terdengar bagus, tapi disarankan untuk jangan pernah memanfaatkannya. Tagihan yang tidak langsung
terlunasi akan dikenai bunga yang cukup tinggi (duh!) dan akan mengantar Anda
langsung ke lilitan hutang yang tidak berujung.
Ketika Anda menggesek kartu
kredit, pastikan Anda akan bisa melunasi tagihan kartu kredit tersebut. Apabila
rasanya tidak mampu, jangan digunakan.
Jika ingin mencicil, pastikan Anda mengambil paket cicilan dari store/produk (bukan
dari kartu) yang tagihan setiap bulan serta bunganya jelas (banyak yang 0% loh).
Dalam spirit walk the talk, penulis akan mengakui bahwa penulis pun saat ini
belum memegang kartu kredit. Tapi begitu berada dalam posisi yang stabil (fix tidak akan kuliah dulu untuk setahun
kedepan) penulis akan segera mengambil kartu kredit (yang murah tentunya,
karena tidak akan sering dipakai juga).
5. Membayar Pajak dan Melaporkan
SPT
Biasanya pembayaran pajak ini
diurus oleh kantor. Kita tinggal membuat (atau bisa dibuatkan kantor) Nomor
Pokok Wajib Pajak. Udah bikin aja.
6. Mampu Membayarkan Semua
Tagihan & Biaya Hidup Sendiri
Karena saya hidup sebatang kara
di Jakarta, by default saya langsung
membayar semua tagihan & biaya hidup sendiri sejak gaji pertama turun.
Namun menurut Jakarta Post, saat ini ada tren baru dimana first jobber cenderung tetap tinggal bersama keluarganya karena
biaya hidup yang mahal. Percaya tidak percaya, tetap tinggal di rumah orang tua
justru memiliki dampak buruk seperti overestimation
pendapatan, meningkatnya pengeluaran sporadis dan perasaan kurang uang
berkepanjangan. Cara mengatasi ini, percaya tidak percaya, adalah mulai carry your own weight and pay your share of
living. Bantu orang tua Anda untuk membayar pajak rumah, listrik, air,
makan dan lain-lain.
7. Punya Dana Darurat Minimal
Sebulan Gaji atau Sebulan Biaya Hidup
So when shit happens you're not completely naked. Tidak sulit.
Begitu Anda terbiasa menabung 30% pendapatan, maksimal empat bulan sudah
terkumpul.
8. Punya Fasilitas Kesehatan yang
Cukup
BPJS atau asuransi swasta buat
yang males ngantri di puskesmas. Biasanya dibuatkan oleh kantor tapi bisa juga
buat sendiri/bersama keluarga untuk cadangan.
9. Mampu Beramal Minimal 2,5% dari
Penghasilan Sebulan
Ya kira-kira satu loyang Pizza
Hut dah.
10. Memiliki Rekening Belanja
Buat rekening baru (yang
mentolerir saldo Rp 0,00) khusus untuk belanja. Setiap bulan, suntikan dana
belanja Anda ke rekening ini. Jika rekening belanja sudah habis ya jangan
belanja lagi. Hal ini membantu mengatur pengeluaran biaya gaya hidup terutama
untuk yang suka belanja.
11. Mampu Menyisihkan 10% dari
Penghasilan untuk Ditabung
10% doang men! Kalau ga kuat bisa
jadi ente kebanyakan gaya.
12. Mampu Berlibur tanpa Hutang
Langkah terakhir untuk tahun
2015. Tentukan satu destinasi wisata impianmu dan berliburlah kesana tanpa
hutang (dan tanpa meludeskan dana darurat serta tabungan). Jika tidak memiliki
destinasi impian, trakirlah keluarga untuk liburan ke tempat yang dekat. Dufan,
Transtudio, Arung Jeram atau Pulau Seribu. Go!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar