Rabu, 06 Agustus 2014

Duit, Duit, Duit (2)


Kemarin kita telah mengulas tentang pentingnya mempersiapkan kebutuhan dana masa depan. Sekarang kita akan membahas cara cerdas mempersiapkan kebutuhan tersebut, investasi.

Ketika Anda mendengar kata ‘investasi’, mungkin Anda langsung memikirkan permainan uang kelas atas yang dilakukan orang kaya. Pemikiran ini tidak salah (Huu!). Investasi memang membutuhkan modal yang banyak. Untuk berinvestasi saham Anda membutuhkan modal ratusan juta rupiah, sementara untuk investasi obligasi Anda membutuhkan modal milyaran rupiah. Kita yang bukan anak pejabat atau pemilik perusahaan besar tentu sedikit kesulitan mengeluarkan dana sebesar itu.

Untungnya, ada instrumen investasi yang terjangkau bagi orang biasa. ReksadanaReksadana adalah investasi melalui jasa pihak berwenang yang mengumpulkan dana investasi dari ‘orang biasa’ seperti kita, agar terkumpul jumlah dana yang cukup untuk diinvestasikan. Selanjutnya, dana yang terkumpul dari banyak 'orang biasa' ini akan dikelola oleh manajer investasi untuk menghasilkan keuntungan.

Reksadana memiliki mekanisme yang diatur sedemikian rupa untuk memudahkan kita. Misalnya dalam memulai investasi reksadana, kita tidak perlu memiliki modal besar. Penyedia jasa reksadana memperbolehkan kita menanam mulai dari Rp 100.000 setiap bulan. Alhasil Anda tinggal rajin-rajin menyisihkan pendapatan Anda setiap bulan, hampir persis seperti menabung.

Dengan sistem reksadana, ada tiga keuntungan yang Anda dapatkan. Pertama, seperti yang ditulis di atas, Anda dapat berinvestasi tanpa memiliki modal besar. 

Kedua, aset anda akan dikelola oleh orang-orang yang ahli alias manajer investasi. Para ahli ini memiliki pemahaman luas terhadap cara kerja ekonomi global dan cara mereguk keuntungan dari investasi. Dengan bantuan para manajer investasi Anda dapat menekan resiko kerugian dan memaksimalkan keuntungan tanpa pusing. 

Ketiga, dengan menggunakan reksadana Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk menjaga aset. Sekali lagi, para manajer investasi-lah yang akan menghabiskan waktunya untuk memantau fluktuasi aset investasi. Anda tinggal rileks dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa harus mengkhawatirkan pengaturan aset Anda setiap saat.

Saat memulai reksadana, Anda bisa memilih tiga instrumen investasi berbeda yakni Pasar Uang (Efek), Obligasi (Pendapatan Tetap) atau Pasar Saham. Ketiga instrumen investasi ini memiliki karakter yang berbeda. Pasar Uang memiliki tingkat keuntungan dan resiko rendah; Obligasi memiliki tingkat keuntungan dan resiko sedang; dan Pasar Saham memiliki tingkat keuntungan dan resiko tinggi. Secara umum prinsipnya adalah, semakin tinggi potensi keuntungan maka semakin besar juga resiko kerugian sebuah instrumen investasi.  

Karena perbedaan tingkat resiko dan keuntungan ini, Anda harus memilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan investasi Anda. Untuk kebutuhan jangka pendek (kurang dari 5 tahun), pilih yang aman (Pasar Uang). Untuk kebutuhan jangka panjang (lebih dari 10 tahun), jangan takut ambil resiko (saham). Contohnya, untuk persiapan dana pensiun yang masih 30 tahun lagi, Anda bisa memilih reksadana saham. Sebaliknya untuk persiapan dana pernikahan yang tinggal 5 tahun lagi, pilihlah reksadana pasar uang agar resiko berkurang. Cukup sederhana bukan?

Berikut ilustrasi keuntungan per-tahun beberapa instrumen investasi reksadana (tabungan dimasukan sebagai perbandingan).

Dan berikut komparasi antara hasil investasi reksadana saham dengan keuntungan rata-rata 23% (saham) per tahun dengan hasil tabungan, apabila setiap bulan kita meyisihkan Rp 1.000.000.


Cukup menarik? Selanjutnya kita akan membahas lebih dalam tentang investasi reksadana ya. Sampai ketemu, :)

1 komentar:

Wina Dwi S mengatakan...

HIH! BURUAN MANA LANJUTANNYA!