Jumat, 10 Oktober 2008

Seorang Pria Baik di Waktu Shalat Jumat

"Masih ada banyak orang baik," kata hati saya mantap. "Seharusnya saya tidak perlu lagi ragu dalam berbuat baik.,"

Beberapa jam lalu, saya menunaikan salah satu kewajiban umat muslim laki-laki yaitu shalat Jumat.. Karena produksi hormon antiadrenalin yang membuat saya rileks di kasur (baca: Ngantuk) saya terlambat mendapat shaf di dalam masjid. Akhirnya dengan indah, saya bertengger di emperan luar masjid dengan manis.

Tiba-tiba, ketika saya duduk. Pria yang disebelah saya, yang tak kukenal, yang kebetulan sedang duduk di sejadah yang dibawa sendiri menarik sejadahnya, lalu menggelarnya secara horizontal sehingga teritori sujud saya ikut terkover oleh sejadah itu. Beberapa detik saya terperanjat, betapa baiknya orang ini. Selama 15 tahun (kurang) saya shalat jumat, baru sekali ini ada pria yang membagi sejadahnya dengan saya. Betapa tersentuhnya hati saya oleh pria ini. Jika saja pria baik hati tersebut adalah seorang wanita cantik, pasti saya akan mengusirnya keluar masjid., (karena wanita tidak boleh shalat jumat, wee..)

Jujur, bagi saya berbuat kebaikan sudah tidak termasuk dalam to-do list dalam hati saya. Hampir semua perbuatan baik yang saya lakukan, didasari dengan niat sopan santun, formalitas, atau just killing time..  Rasanya setiap infak saya tidak lagi didasari oleh simpati, (tapi oleh IM3) setiap senyum saya bukan lagi karena untuk menyenangkan target senyum, setiap saya membantu orang lain, niat saya bukan untuk berbuat kebaikan., bagi saya membantu orang yang saya kenal hanyalah sebuah formalitas.. kalau-kalau suatu saat saya membutuhkan bantuan, saya harap orang yang saya bantu balik membantu saya.

Dan hal yang serupa saya lihat pada notabene masyarakat. Contohnya ketika barang bawaan seseorang terjatuh, maka orang-orang yang lalu lalang disekitarnya tidak sedikit pun tergerak. Ketika seseorang yang pincang kebetulan membawa beban berat, tak ada seorang pun yang membantunya. Seakan, kebaikan itu hanya ilusi.. hanya berlaku  bagi orang yang dikenal, hanya ada bila ada kemungkinan orang akan membantu kita jika kita membantunya saat kesulitan.,

Tapi itu salah, seorang pria baik yang tak kukenal telah menyadarkanku, akan bagaimana kita seharusnya menebarkan kebaikan..


Teringat olehku sebuah film yang menyentuh, "Pay it Forward", film yang menceritakan tentang seorang anak yang memiliki sebuah idealisme cerdas, anak yang memiliki ide brilian untuk memperbaiki dunia. Caranya? Berbuatlah baik pada tiga orang, yang membutuhkan bantuan, siapapun itu. Lalu beritahukanlah tiga orang tersebut untuk berbuat baik pada masing-masing tiga orang lainnya, dan seterusnya..

Itu yang kita saya kira butuhkan, ketulusan, kemauan untuk berbuat baik, serta keikhlasan..

2 komentar:

Cakra mengatakan...

temanya original!!
keren..keren... :)

ur blog, it's a good start you know, trust me on it :)


--ki yayat tea--

Cakra mengatakan...

ps.. kita link ok :)