Rabu, 08 Oktober 2008

Laskar... Pelangi...


Layaknya seorang anak kampung biasa, saya harus melangkhkan kaki ke bogor agar dapat menonton bioskop, karena di kota saya yang tertinggal, tidak ada bioskop yang berdiri sejak bioskop yang terakhir runtuh (dalam arti sebenarnya, serius).

Dan untuk menyempurnakan predikat anak kampung, saya mengajak semua sanak saudara yang berkenan untuk ikut ke bogor. bahkan saya menyengajakan mencuri sebuah kijang demi bisa nonton bioskop, (maksa, karena saya belum pernah ke bioskop sebelumnya)

Ini bukan perjalanan menyenangkan, saya yang terbiasa membajak APV biru, sama sekali tidak terbiasa dengan suasana kijang yang berdesakan dan berkursi keras.. alhasil, mual sepanjang jalan pun saya lakoni..

Sialnya lagi, tiket bioskop yang didapat adalah tiket untuk jam tayang pukul 1/2 3, di XXI. Padahal hari masih menunjukan pukul 10.00 (itu lho.. Hari yang anaknya tukang jam,)

Parahnya lagi, Bogor sama sekali blank bagi saya, sehingga saya tidak bisa main kemana-mana karena takut ditangkap polisi dengan tuduhan 'karena ganteng'.., akhirnya saya memilih baca gratis di Gramedia.. Sambil berharap tidak menemukan buku apapun yang bisa membuat saya tertarik untuk membelanjakan THR yang sangat minim..

Tapi semua itu terbayar ketika film dimulai.. Sinematograf, soundtrack, sama aktingnya memukau banget.. sepanjang film kita disuguhi dialog dengan dialek melayu, namun anehnya kita mengerti..

Adegan konyol, suguhan ironi, dan musik yang memikat datang silih berganti. Apalagi akting nyaris paripurna dari para pemeran laskar pelangi membuat saya betah duduk di kursi saya., diluar dugaan, kenyataan bahwa saya telah mengetahui jalan cerita laskar pelangi lewat novel, justru malah memberikan saya kenyamanan saat menonton.. Angkat rambut palsu untuk Riri Riza.,

Perfecto.. itu kesan saya.. hanya sampai separuh awal film.,

ada kekurangan fatal dalam film ini. Riri Riza menyuguhkan kita kehidupan pendidikan para laskar pelangi lewat bentuk potongan-potongan fragmen, tidak ada jalan cerita sama sekali, ini efektif pada awalnya., namun pada akhirnya kita bosan juga, pada quarter akhir film ini, saya sudah jemu sama sekali, dan hati saya tidak merinding lagi, (saya merinding banget lho awalnya) bahkan, hanya akting sempurna dari bu Mus yang bisa membuat saya terharu atas kematian pak Harfan serta kepergian lintang., jalan cerita dan iringan musiknya sudah tidak saya pedulikan lagi.,

dan parahnya, yang ngisi soundtraknya Nidji!!! Kenapa harus Nidji?? Kalo MUSE yang ngisi Soundtracknya pasti keren banget tuh!!

afterall, film ini harus anda tonton.. bagus banget deh!!

dan flo-nya... cantik banget..

1 komentar:

Larasati's World mengatakan...

iya emang rame aku nonton dibogor di botani aku jADI PENgen ke paris kaya ikal