Sabtu, 05 Mei 2012

Denial 3

Lady Justicia. Kenal?

Dia adalah simbol dari hukum. Seorang wanita dengan timbangan di tangan kanan, pedang di tangan kiri, dan mata yang ditutup. Timbangan di tangan kanan menyimbolkan bahwa mbak Justicia selalu adil dan seimbang. Pedang di tangan kiri menyimbolkan ketegasan.Mata yang ditutup menyimbolkan bahwa dia tidak memandang status, kekayaan, kegantengan, dan lain-lain. Semua orang sama di mata beliau. Hardcore kan? Saking hardcorenya, patung Lady Justicia sering ditemukan didepan gedung-gedung pengadilan. Menginspirasi para penegak hukum dan membuat para pesakitan bergidik.

Tapi pertanyaannya adalah...

Kenapa harus perempuan? (-_-)

Gimana kalau Lady Justicia lagi dapet? Atau kena PMS? Apa dia bisa nimbang dengan adil?

Mungkin karena inilah penegakan hukum selalu sulit dilakukan. (-_-)

Dan lagi, matanya si Lady Justicia ini ditutup. Padahal, bagi perempuan, menutup mata itu sangat berbahaya. Penelitian terakhir menyatakan bahwa permintaan "tutup mata kamu bentar dong," pada seorang wanita seringkali berujung pada ciuman di pipi atau hal lain yang lebih mesum. Bayangin, kalau nutup mata bentar aja bisa berakibat seperti itu, apalagi kalau nutup mata seharian macam Lady Justicia ini?

Sekarang pertanyaannya,

Apakah kamu punya pengalaman spiritual yang berkaitan dengan tutup mata?

Gw punya.

Dulu, di suatu akhir pekan, gw dan sembilan teman lain dengan jenis kelamin yang bervariasi memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan bersama di sebuah tempat. Tujuannya adalah merayakan kesuksesan kami semua dalam mendapatkan nilai A di dua mata kuliah yang legendaris, sambil menghabiskan sisa dana praktikum yang kami dapatkan.

Malemnya, gw tidur di sebelah dia.

Dan dia nutup mata buat tidur.

Padahal, seperti yang gw bilang, nutup mata adalah hal yang sangat berbahaya bagi perempuan. Sangat sangat berbahaya. Terutama kalau kamu cantik. Dan lebih terutama lagi kalau kamu tidur di sebelah orang yang iman dan mekanisme superegonya enggak terbina dengan baik seperti gw.

Ketika malam mulai larut dan semua orang terdengar sudah tidur, gw tetap terjaga oleh suara perang didalam benak gw. "Kesempatan..." kata sebuah suara gelap, "...kamu banci homo kalau kamu engga memanfaatkan kesempatan ini," lanjutnya. "Betul sekali," kata sebuah suara gelap yang lebih ringan, "dia punya pacar baru sekarang. Kamu udah ga bakal dapet kesempatan kaya gini selain malam ini."

Yeah, dua suara gelap itu argumennya cukup logis. Tapi ada satu masalah.

Waktu itu gw lagi jatuh cinta sama dia.

Dan salah satu masalah yang ditimbulkan oleh jatuh cinta adalah, kamu jadi lebih enggan untuk melakukan hal-hal yang engga baik ke orang yang kamu cintai.

Padahal itu kesempatan besar. Dan gw laki-laki normal. Dan dia cantik.

Akhirnya dua suara gelap yang cerdas dan rasional itu gw abaikan. Gw bisa ngedenger mereka pergi dengan terkekeh-kekeh sambil berbisik sinis "dasar bodoh...". Setelah suara gelap tersebut pergi, gw mengatur ulang posisi tidur gw biar gw bisa nyium bau rambutnya dan melakukan 'kontak' yang masih dalam batas 'norma' dan 'kewajaran'.

Terus gw gak tidur semaleman.

A fucking shortest 6 hours in my life.

Gw bangun pagi-pagi banget, sebelum ada temen lain yang bangun. Gw ngambil gitar, ngabisin teh dan roti yang disediain sang tempat nginep, terus gw nyanyi sendiri sekitar setengah jam. Salah satu lagunya tentu saja... I don't wanna miss a thing dari Aerosmith. Cucok tenan dah.

Hal yang sedikit aneh adalah, gw kira setelah malam itu gw bakal jadi lebih bahagia. Tapi ternyata enggak.

Pengalaman tentang betapa nyamannya tidur di sebelah dia dan kenyataan bahwa itu gak bakal terulang lagi selama-lama-lama-lama-lama-lamanya itu bikin depresi.

Di pagi itu, disela dentingan gitar, manisnya teh, gurihnya roti bakar, dan hangatnya matahari pagi. Ada panah besar tak kasat mata yang menancap dalam jiwa.

Di panah tersebut, tertulis "Dia bukan punya lo, deal with it,"

Setelah pagi itu...

Fase denial berakhir, dan fase anger dimulai.

Tidak ada komentar: