Senin, 07 Mei 2012

Interlude

Selalu ada dua sisi dari segala hal.

Tapi menurut gw, sebaiknya cukup satu sisi aja yang kita ketahui.

Karena ketika kita tahu kedua sisi dari sebuah cerita, maka kita akan kehilangan makna.

Mau bukti? Boleh...

Mulai dari isu yang kecil ke yang besar yak.

Pertama, tentang Thariq bin Ziyad. Kenal?

Thariq adalah salah seorang pahlawan yang terkenal dalam sejarah islam. Dia merupakan jendral yang memimpin 7000 pasukan moor islam melawan 70.000 pasukan Roderick dari Spanyol. Meski kalah jumlah satu banding sepuluh, tapi Thariq tetap berhasil membawa pasukan islam menuju kemenangan. Salah satu aksinya yang paling fenomenal adalah pada saat pendaratan di teluk Giblartar. Kala itu, begitu mendengar bahwa jumlah tentara spanyol amat sangat banyak dan persenjataaannya lebih lengkap, banyak tentara islam yang ragu dan takut. Beberapa dari mereka bahkan menyarakan untuk segera naik kapal dan balik lagi ke tanah Moor.

Apa reaksi Thariq?

Sederhana. Dia bakar semua kapal di armadanya. Lalu dia berpidato lantang. "Di belakang kalian laut, di depan kalian musuh yang lebih besar. In the end, kalian bakal mati juga. Tapi, kalian punya dua pilihan. Mati kelelep atau mati di jalan Allah."

Radikal, memang. Tapi efektif. Moral tentara islam lansung meningkat dan tentara spanyol dibabat bagaikan rumput yang tertiup angin.

Heroik kan? Super sekali kan?

Tapi itu baru satu sisi dari mata koin. Sisi lainnya agak lebih kelam.

Habis perang, Thariq dan seorang Jendral lainnya bertengkar masalah pembagian harta rampasan perang. Pertikaian ini berakhir dengan hukuman pecut bagi Thariq.

Meh.

Bukti kedua, konflik Israel dan Palestina.

Sebagai orang islam, kebanyakan dari kita tentu memihak Palestina dan negara-negara arab tetangganya seperti Mesir, Libanon, dan Suriah.

Terlampau sering kita terhanyut dan tersentuh oleh kisah-kisah tentang betapa heroiknya perjuangan orang-orang  Palestina serta geram oleh kisah-kisah kejahatan tentara Israel.

Tapi ada tahukah anda apa yang berada di sisi lain koin?

Pada tahun 1948, Israel memerdekakan diri. Kata 'memerdekakan diri' disini harus digarisbawahi karena tidak seperti Libanon dkk yang kemerdekaannya 'diberikan' oleh Inggris, Israel mendapatkan kemerdekaannya setelah upaya perjuangan panjang dalam bidang diplomatik maupun dalam bidang fisik. Inggris sebenarnya tidak mau mendirikan sebuah negara khusus Yahudi, namun teror yang ditimbulkan para pejuang kemerdekaan Israel membuat Inggris mengkerut dan akhirnya mengalah.

Saat mereka memerdekakan diri, Israel langsung dikeroyok oleh negara-negara islam disekitarnya. Israel saat itu tidak memiliki organisasi tentara resmi. Mereka kalah jumlah dan kalah persenjataan. Sementara musuh-musuh Israel datang menyerang dengan tentara yang telah tertata dan suplai persenjataan yang cukup.

Hasilnya?

Super. Israel menang.

Gak cuma sekali. Tiga kali.

Ini nunjukin bahwa Israel memang memiliki kualitas yang hebat. Mereka bisa ada di posisinya sekarang sebagai pemain dominan di Timur Tengah bukan karena keajaiban, tapi karena mereka memang layak mendapatkannya.

Kesimpulannya?

Nothing is true, everything is permitted.

Jangan terlalu fanatis sama satu sisi mata koin, karena sisi lainnya mungkin bisa melunturkan fanatisme tersebut dalam sekejap mata.

Tidak ada komentar: