Ada satu prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa nilai suatu barang tidak akan terlalu tinggi apabila barang terebut memiliki subtitut. Misalnya, harga rotan tidak akan pernah mencapai bermilyar-milyar dolar karena ketika tidak ada rotan, konsumen bisa memlih menggunakan akar. Sebaliknya, nilai suatu barang bisa menjadi sangat tingi apabila barang tersebut tidak memilki subtitut. Misalnya, harga sumur di ladang bisa mencapai triliunan rupiah karena apabila tidak ada sumur di ladang, konsumen tidak akan memiliki tempat untuk menumpang mandi.
Oleh karena itu, untuk mengurangi nilai suatu barang... kita harus mencari subtitut dari barang tersebut.
Atau dalam bahasa ilmiahnya: nyari pelampiasan.
Nah, mencari pelampiasan adalah hal yang normal dilakukan saat anda berada dalam fase depresi. Alasannya, untuk meninggalkan fase depresi, lo harus mengurangi nilai insintrik dari subjek yang membuat anda depresi. Semakin besar nilai subjek yang membuat anda depresi, maka semakin besar kualitas dan kuantitas pelampiasan yang harus didapatkan.
Ambil gw sebagai contoh... gw ga pernah tanggung-tanggung buat nyari pelampiasan. Dulu, semua objek menarik yang terdeteksi oleh radar pasti gw bribik. Bahkan, gw pernah ngegodain botol bekas Coca-cola, kucing tetangga, dan pohon rambutan di depan kos dalam satu hari yang sama. Kalimat buat godainnya sederhana: "Gw tau kita baru ketemu, tapi gw harus bilang bahwa elo adalah botol coca-cola/kucing tetangga/pohon rambutan tercantik yang pernah gw temui."
Selain membribik objek-objek random, gw juga berusaha memprospek beberapa gadis potensial untuk dijadikan gebetan baru. Tapi dalam tahap ini, ada satu masalah...
Seperti yang kalian tau, gw adalah anak muda berusia 19 tahun yang pola pikir dan kepribadiannya jauh melebih umur. Hal ini memang keren, tapi hal ini juga membawa masalah.
Ketika gw memprospek orang-orang seangkatan gw yang usianya 20-21 tahun, gw ngerasa gak cocok.
"Jih, orang-orang ini enggak asik amat sih. Pikirannya kawin, kerja, kawin, kerja. Ketuaan!"
Ketika gw memprospek adik angkatan yang usianya setara sama gw, gw juga ngerasa gak cocok.
"Jih, orang-orang ini enggak dewasa banget sih. Mbok ya agak mikirin masa depan sedikit. Kemudaan!"
Life is fucking impossible. =___=
Akhirnya, setelah banyak botol coca-cola dan kucing tak bersalah yang menjadi korban pelampiasan gw... gw mulai menemukan titik terang.
Titik terang ini gw dapet dari film 'Shaolin'. Tau kan di setiap film-film kungfu pasti ada ketua biksu yang kerjanya cuma bilang "amitabha"? Itu lohhh... ketua biksu yang disatu sisi emang jago banget buat ngeluarin petuah-petuah golden ways mario teguh, tapi disisi lain selalu jadi yang pertama keok kalau berantem. Nah, di film 'Shaolin', si ketua biksu bilang begini:
"Perasaan yang menghhantui kamu itu... jangan dilawan, jangan ditekan, tapi ikhlaskan."
Dari kata-kata tersebut, gw sadar bahwa kunci untuk menghilangkan depresi bukanlah mencari pelampiasan, tapi mengikhlaskan. Sejak nonton film tersebut, gw tobat. Gw berhenti ngebribik botol coca-cola dan kucing tetangga. Gw mulai membatasi kontak fisik dengan lawan jenis. Gw mulai belajar untuk hidup dengan cara Budha.
Karena depresi itu disebabkan oleh ketidakpuasan.
Ketidakpuasan itu disebabkan oleh keinginan.
Dan keinginan itu bisa dihilangkan selama kita ikhlas.
Gw mulai terdengar seperti Mario Teguh.
Btw, gw gak ngerti kenapa orang-orang bisa termotivasi oleh orang botak. -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar