Hari Sabtu, 6 September 2014, Blackberry Q5 saya dicopet di metromini 102 tepat ketika saya mencoba turun di Lebak Bulus. Pencopet tersebut berkawanan, kemungkinan bersekongkol dengan supir dan kenek metromini. Mereka beraksi terang-terangan, setiap ada penumpang yang hendak turun mereka akan memepet korban secara bergerombol dan merebut barang berharga mereka. Sebelum saya turun, saya melihat dua kali sang kawanan pencopet melakukan aksinya. Ketika saya dicopet, saya langsung menyadari hilangnya Blackberry Q5 saya dan segera mengkonfrontir orang-orang yang memepet saya ketika hendak turun. Sayang mereka bergerombol sehingga saya kesulitan mengidentifikasi keparat yang benar-benar mengambil Blackberry Q5 saya (seorang bapak yang saya duga anggota kawanan berulang kali mengatakan melihat pencopetnya sudah turun). Sialnya lagi di Lebak Bulus, tempat saya turun, belum ada polisi yang berjaga. Seandainya ada polisi ditempat itu (yang seharusnya memang ada), mungkin Blackberry Q5 saya bisa diselamatkan.
Sejujurnya bukan nilai materialnya yang membuat saya merasa cukup kehilangan. Blackberry Q5 ini saya beli dengan kombinasi uang hadiah sebuah lomba nasional, tabungan gaji dan tunjangan hari raya lebaran. Gadget mid-end baru pertama yang saya beli dengan uang sendiri setelah sebelumnya saya selalu menggunakan gadget turunan dari ayah atau beli second. Belum lagi Blackberry Q5 ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan karakter saya. Keyboard fisiknya yang canggih dan spesifikasinya yang memungkinkan manuver-manuver dinamis membuat saya sangat menikmati interaksi dengannya.
Dengan hilangnya Blackberry Q5 ini saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan,
1. Lebih berhati-hati dan menghapus sikap 'bencana tidak akan mengenai saya'
2. Lebih aktif membantu dan/atau melawan apabila ada orang yang diduga berencana melakukan kejahatan terhadap orang lain
Saat ini saya memegang Samsung Galaxy Chat milik seorang teman yang tidak terpakai. Meskipun saya merasa sangat berterimakasih atas pinjaman Samsung Galaxy Chat tersebut, tetapi smartphone ini mengingatkan saya akan betapa tidak cocoknya diri ini terhadap User Interface dari Android Samsung. Sebelum Samsung Galaxy Chat, saya sempat menggunakan Samsung Galaxy Mini turunan dari ayah saya. Tetapi saya sangat muak dengan smartphone tersebut sampai-sampai saya memilih Sony Erricson flip lama saya untuk penggunaan sehari-hari.
Kini ketidaksukaan saya terhadap User Interface Samsung menjadi lebih besar karena saya telah merasakan betapa mulusnya User Interface OS 10 Blackberry (I'll not go into the detail but trust me on the superiority of OS 10 BB UI). Artinya, ada baiknya saya mulai mencari pengganti sang Q5.
Budget yang bisa saya siapkan apabila saya membeli smartphone bulan ini adalah Rp 2.000.000. Dengan budget minimal ini, pilihan saya terbatas pada kategori lower-end. Beberapa pilihan yang muncul adalah Samsung Galaxy Grand, yang tidak akan saya pilih karena dia Samsung; LG Pro Lite yang cukup menggiurkan dengan harga Rp 2.200.000 dan spesifikasi yang canggih, tetapi UI-nya tidak jauh berbeda dengan Samsung; Blackberry Z3 yang juga menarik tetapi akan terasa sedikit 'turun kelas' setelah Blackberry Q5; Sony Xperia M yang desainnya cantik (sayang agak gemuk) dan sepertinya UI-nya lebih dapat diterima dibanding gadget keluaran Korea; Lenovo a706 yang desainnya clumsy tetapi spesifikasi dan UI-nya bersaing (untuk seekor Android); serta Zenfone, Asha & Iconia. Yang pasti UI berbasis Android tetap akan terasa 'menyakitkan' dan saya harus mengucapkan selamat tinggal pada keyboard ala Q5 yang memungkinkan saya menulis artikel-artikel pendek dalam perjalanan atau merevisi pekerjaan saat makan siang.
Saya tidak butuh kamera yang terlalu canggih dan memori internal yang terlalu banyak. Kualitas yang dicari adalah prosesor dan RAM yang cukup baik untuk bermanuver secara dinamis, UI yang bisa diterima dan desain eksterior yang cantik. Apa ya? Atau lebih baik menabung dulu sampai terkumpul setidaknya 3.000.000 agar bisa menjangkau yang sekelas Sony Xperia M2?
Decision, decision.
3 komentar:
Lenovo tergolong kuda hitam di android, liat punya temen keren euy hasil fotonya. Etapi ga niat coba lumia?
Iyaa, lenovo a859 dan nokia lumia 630 juga menggiurkan yak. Cuma kalau secara spek lenovo unggul sih. Jadi tambah bingung. :))
Oh crap, baru baca blog yang ini. Terjawablah sudah hilangnya Kontak Salmankudo di HP-ku ;(
Lenovo itu nggak asih UI-nya (secara gua makenya Xperia) haha. LG Pro Live VS Xperia M = LG Pro Lite, chipsite-nya Mediatek (kayaknya sih lebih bagus daripada Xperia M yg Spandragon). Walaupun RAM-nya sama, tapi processor paling penting *ceileh*
Anw, coba Xiaomi aja :))
Posting Komentar