Kamis, 31 Mei 2012

7

Salah satu pertanyaan paling besar di jagat raya ini adalah:

"Apakah setelah segala hiruk-pikuk ini, gw dan dia masih bisa berteman?"

Paska insiden intervensi, perlahan-lahan semuanya kembali normal. Seperti tidak ada apapun yang pernah terjadi. Up and down hubungan antara gw dan dia kembali mengikuti pola normal: kalau dia lagi akur sama pacarnya, eksistensi gw menipis. Kalau dia lagi berantem, eksistensi gw menebal. Kalau ada tugas yang susah, eksistensi gw jauh lebih menebal lagi. -___-

Untungnya, ada banyak hal yang bisa mengalihkan pikiran gw dari dia.

Misalnya, ada kelompok produksi iklan dimana secara kebetulan gw ditunjuk menjadi ketua. Awalnya, kelompok ini agak berantakan karena gw kesulitan beradaptasi dengan karakter-karakter individu anggota gw. Pada minggu-minggu pertama, iklan-iklan yang kami produksi tidak begitu bagus. Moral dan semangat bertarung prajurit-prajurit gw sangat rendah... dan ada satu titik dimana kayaknya ga ada harapan lagi buat kelompok ini.

Untungnya, saat tugas mid, kelompok gw bisa mendapatkan irama yang tepat. Untuk pertama kalinya kami berhasil mengeksekusi iklan yang cukup bagus, dimana semua anggota kelompok bekerja secara efektif dan gw bisa bilang "akhirnya gw bisa juga mimpin ini kelompok. :)"

Untungnya lagi, mood bagus saat mengerjakan tugas mid semester ini terus terbawa sampai ke minggu-minggu selanjutnya. Happy ending pertama taun ini.

Begitulah... bulan-bulan terakhir ini, ada banyak pengalihan dan tidak ada drama. It's almost like I've  moved on.

...

...

...


Almost.

Suatu sore, didepan kampus, gw baru saja ngambil sesuatu dari rumah seseorang sambil membonceng dia dengan menggunakan motornya. Harusnya, gw langsung pamit ngambil motor gw terus kerja dan dia langsung pulang buat dandan yang cantik terus pacaran. Tapi, tiba-tiba gw nyeletuk,

"Kamu mau aku tembak gak?"

Sampai sekarang gw ga ngerti kenapa gw tiba-tiba ngomong gitu. Mungkin karena waktu itu sore, semburat lembayungnya indah, dan suasananya sejuk. Atau mungkin karena gw desperate. Apapun itu lah. Jadi kita tinggal sepuluh menit lebih lama didepan kampus tersebut... dengan tong sampah dan satpam parkiran mobil sebagai saksi.

Huah...

Tau gak sih betapa enaknya ngungkapin perasaan?

Tau gak sih betapa enaknya bilang "Jadi kesimpulannya... mau gak lo jadi pacar gw?"

Yeaa... di satu sisi, sore tersebut memang tidak membuahkan apa-apa selain senyuman. Tapi dari reaksinya, gw bisa menyimpulkan bahwa kalau satu-satunya faktor penentu dalam asmara adalah kekerenan....




...maka hidup gw akan jauh lebih mudah.

Tidak ada komentar: