Senin, 28 Mei 2012

5

Di hari H final lomba PR yang kami ikuti, kami dan setiap finalis lainnya harus mempresentasikan proposal kami pada empat juri yang semuanya merupakan praktisi PR profesional.

Tapi itu ga penting. Yang penting adalah...

07:53

Dia dapet voicemail yang berisi kata-kata semangat dari pacarnya, dan hal itu bikin dia bahagia banget.

Ya, saudara-saudara. Gw berhasil bawa dia ke Jakarta dalam sebuah lomba nasional yang jarang banget anak komunikasi ugm bisa tembus... dan gw masih kalah sama voicemail.

08:34

Urutan presentasi diberikan. Kotak Rubik (nama tim PR gw) dapet urutan paling akhir. Gw mulai nervous karena ini lomba pertama gw... dan gw bukan natural speaker. Ditengah kegugupan gw, gw gak sengaja ngelirik BB dia. Tebak apa yang ada disana?

Satu kata terkutuk yang bikin gw galau sampai sekarang.

08:36

Setelah selama dua menit berusaha bersikap rasional dan menahan emosi, gw akhirnya menyerah. Gw bisa menghandle kegugupan, gw bisa menghandle kegalauan, tapi gw gak bisa menahan dua hal tersebut dalam waktu yang bersamaan. Jadi... gw tarik dia keluar dengan kata-kata sakti, "I need to talk."

Jadi disana, didepan gedung komunikasi UI yang legendaris... terjadilah percakapan termutakhir abad ini.

"Kok, lo tega banget?"

"Apaan emang?"

"Itu,"

"Lah, itu kan urusan gw... kenapa sih lo mau tau aja urusan orang lain?"

"Jadi emang gitu?"

"So what? Emang kenapa kalau gitu?"

"Oke,"

"Jangan kaya gitu mukanya, biasa aja coba"

"Biasa gimana?"

"Ya biasa, ga usah kaya gini-kaya gini. Ini bikin gua engga nyaman."

It's always about you, isn't it. "Kasih tau dimana letak kesalahan gw,"

"Ya kaya gini,"

"Jadi gw salah karena sayang (geli gw nulisnya) sama lo?"

"Ah, tau ah. Gw kedalem bentar."

Sebenernya percakapannya lebih panjang dari itu, tapi gw lupa detailnya.

Akhirnya dia masuk ke gedung komunikasi dan keluar dengan membawa si  laki-laki gak penting. Smart move, sekarang karena ada pihak ketiga, gw ga bisa ngomongin hal yang personal. Akhirnya, kegalauan gw nambah dan kegugupan gw masih belum teratasi. Seperti biasa, reaksi fisiologis gw adalah berjalan mondar-mandir dan nyanyi-nyanyi sendiri kaya orang stress.

09:27

Gw duduk di tempat yang agak terpencil. Masih shock. Masih galau maksimal. Dalam pose depresi, gw menggumamkan lagu Rainbow Vein dari Owl City buat menenangkan diri.

Cheer up and dry your damp eyes, and tell me where it rains.

Kaya orang gila beneran.

10:12

Gw sempet ngobrol sama Mutia sebentar. Cukup membuat rileks. Tapi kemudian dia pergi karena ada kelas dan akhirnya gw kembali ke rutinitas gila gw.

Cheer up and dry your damp eyes,

11:38

Giliran presentasi gw semakin dekat. Gw akhirnya memilih untuk berhenti menggalau di tempat sepi dan kembali ke kerumunan. Dia tersenyum saat menyambut gw, ngajak tos, sambil bilang "udah selesai menyepi?" sepertinya dia merasa bersalah tapi peduli amat. Gw cuma bales dengan senyum 2 detik.

11:42

Giliran presentasi gw tiba. Sebagai ketua, gw menjadi presenter pertama dari kelompok gw. Kalau gw gagal disini, sudah pasti kebelakang-belakangnya bakal gagal.

So, there I was. Sebagai orang yang ga punya bakat alami buat bicara... dengan kegalauan dan kegugupan pada level maksimal. Nevertheless, setelah gw menarik nafas dalam-dalam, gw berbisik ke si laki-laki ga penting dengan senyum penuh keyakinan. "Kayanya kita bakal menang deh,"

Kemudian gw ngambil microphone wireless yang sejatinya adalah jatah juri-nya, kemudian berjalan ke depan panggung. Kenapa harus microphone wireless?

Karena hal yang pertama gw lakukan di panggung adalah melempar microphone tersebut ke udara, membiarkannya berputar beberapa kali, kemudian menangkapnya kembali.

"Hit it,"

...


...


...


Presentasinya sukses, bagus banget, jurinya suka, dan key message "Senyum Gea, Senyum Indonesia" berhasil menyihir seluruh audiens di auditorium untuk tersenyum. Ajaib emang.
 
13:20

Seluruh finalis diantar pulang ke penginapan. Hal yang pertama gw lakukan adalah mandi, sementara hal yang pertama dia lakukan adalah siap-siap pulang. Alasannya, ayahnya telah menjemput dan siap mengantarnya pulang untuk bermalam di rumah. Dia kemudian pamit pada semua finalis yang masih berada di hotel.

Ketika dia mencoba pamit ke gw, dia ngetok-ngetok pintu kamar mandi sambil berkata "man, gw pulang ya. man? man? lo ga bunuh diri kan? man gw pulang ya?" sebanyak tiga puluh tiga kali. Gw nyalain semua keran buat ngeredam suara dia terus duduk dengan galau di sudut kamar mandi. Akhirnya dia menyerah dan pulang.

Kenapa? Pertama, karena gw masih males ngomong sama dia.

Kedua, karena itu keren. Kayak di pilem-pilem.

Tidak ada komentar: