Sabtu, 16 April 2011

April Post

Dear reader,

Lama sekali kita tidak berjumpa. Kalau tidak salah, terakhir kali saya mem-post sesuatu dalam blog ini adalah pada bulan Januari. Wich means, sudah hampir dua puluh tahun yang lalu. Tentu saja kalian sudah haus dan penasaran tentang reportase terkini dari kehidupan saya, bukan? Maka dari itu, mari kita potong tahinya (cut the crap) dan kita beranjak ke pertanyaan klasik.

So what have you missed on me?

Well, I tell you, reader. A lot. A lot has happened since the last time I posted things in this blog. Kalau kalian cukup selo untuk mengingat, mungkin kalian ingat bahwa post terakhir dalam blog ini merupakan post dengan nada yang bahagia. I was surrounded by love, joy, kuliah yang menantang tetapi tetap mengasyikan, dan seterusnya. Sayangnya, atau mungkin lebih tepat kalau saya bilang ‘sialnya’, kesempurnaan tersebut tidak berlangsung lama. Setelah momen yang saya post di blog tersebut, segalanya meluncur turun seperti roller coaster. Kehidupan saya terguncang dengan keren dan dramatis. Banyak yang kacau, tapi pada saat yang bersamaan, dalam dua bulan terakhir ini gw merasa gw lebih ‘hidup’ daripada delapan belas tahun kehidupan gw sebelumnya. A lot of joy, a lot of pain, a lot of fight, a lot of struggle, a lot of galau, dan a lot of... hehe... love happens. Dan penyebabnya ada dua hal, iklan dan asmara.

Iklan?

Yeap. Sekarang saya semester empat di jurusan komunikasi. Artinya, sama seperti mahasiswa semester empat di jurusan komunikasi lainnya, gw harus mengambil dua mata kuliah yang legendaris: PNI dan PMI. PNI adalah singkatan dari Penulisan Naskah Iklan dan PMI adalah singkatan dari Perencaan Media Iklan. Terdengar biasa saja? Ya. TeRASA biasa saja? Tidak. Jika hanya melihat dari namanya, orang awam pasti akan memandang sebelah mata. What’s the big deal in menulis naskah dan merencanakan media buat iklan? Mungkin itulah yang ada di pikiran mereka. Atau mungkin, itulah yang ada dalam pikiran kalian. O_O

Well, I tell you, reader. It’s a very big deal. Big like... BIG. Asal tahu saja, industri periklanan adalah industri bernilai triliunan. SATU spot iklan berdurasi 30 DETIK bisa berharga 10-30 juta rupiah. Dengan harga yang selangit ini, tentu saja perusahaan-perusahaan yang hendak beriklan tidak mau memasang materi iklan secara sembarangan. Mereka pasti akan mendesain iklan yang sangat efektif dan akurat sehingga mereka bisa menarik pembeli yang cukup banyak untuk mengganti biaya iklan yang selangit dan tetap memberi mereka keuntungan.

Dan inilah... keefektifan dan keakuratan yang dituntut perusahaan pengiklan inilah yang membuat hidup kami, para mahasiswa komunikasi, begitu menderita. Untuk mendesain iklan yang efektif, kami harus mulai dengan riset. Kami harus tahu siapa pembeli dari produk yang akan kami iklankan, bagaimana mereka menggunakan produk, insight-insight dari interaksi antara konsumen dengan produk, ekspektasi dan keluhan terhadap produk, pesaing dari produk, dan bagaimana konsumen memandang produk kami dan produk pesaing. Kemudian kami harus merangkum semua data yang kami dapat diatas dalam sebuah creative brief. Berdasarkan creative brief inilah kemudian kami mengeksekusi sebuah iklan, baik dalam bentuk print ad, radio ad, ataupun televison comercial.

Sementara agar akurat, kami harus benar-benar mengetahui pola penggunaan media dari target konsumen sehingga kami bisa memproyeksikan waktu-waktu dimana mereka sangat vurnerable terhadap persuasi. Dan tentu kami harus tetap mempertimbangkan harga dari spot-spot iklan yang kami incar agar kami dapat menciptakan marketing mix yang efektif, tapi tetap... murah. Yeah, even big corporation yang bisa buang duit triliunan untuk iklan tetap doyan sama yang murah-murah. -_-“

Dan karena advertising di dunia nyata adalah sebuah kerja kolektif, maka dalam kuliah PNI dan PMI pun kami dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Dan kelompok yang beruntung untuk menerima gw sebagai anggotanya adalah KotakRubik Creative. Kelompok ini terdiri dari tiga cowo (termasuk gw) dan tujuh kurcaci, eh, cewe. Cewenya cantik semua dan cowonya homo semua. Needless to say, kelompok ini adalah sebuah tanah yang subur untuk tumbuhnya bunga-bunga kegalauan dan perselisihan. Untungnya, etos kerja dan profesionalitas yang dimiliki kelompok ini cukup baik sehingga sejauh ini, bunga-bunga tersebut hanya menjadi hiasan dan tidak menjadi monster-monster yang meluluh-lantakan kota layaknya bunga-bunga milik Poison Ivy.

Yang menarik lagi dari PNI dan PMI adalah akan diadakannya pitching pada akhir semester. Dimana jurusan akan mengundang perusahaan BENERAN untuk melihat presentasi marketing mix yang kami ciptakan untuk perusahaan tersebut. Ini adalah sebuah kesempatan yang hebat untuk mencicipi indahnya dunia profesional dan mungkin langkah awal yang bagus untuk bergabung dengan perusahaan tersebut. Tapi pitching hanya diberikan pada empat kelompok, sementara ada sepuluh kelompok dalam kuliah PNI dan PMI (dibagi dalam dua kelas, jadi sekelas lima kelompok). Artinya hanya ada satu. Kompetisi.

Well, tentunya kompetisi untuk mendapatkan kesempatan pitching ini akan menjadi sebuah kompetisi yang brutal. Saingan KotakRubik di kelas A adalah YC (pronounced: wisey - waisi) yang setiap presentasi pasti bikin seisi kelas melongo, Anak Emas yang –diluar dugaan– memiliki basis data yang sangat kuat dan ahli dalam menggali insight, AdFun yang... biasa aja sih sebenernya (maaf ya Git, Shof, Dhim, -_-), dan kelompok yang gw lupa namanya (maap.. -_-) yang kreatifitas dan kemampuan foto dan desainnya mengungguli kelompok lain. Sementara di kelas B, ada lima kelompok juga. Tapi karena beda kelas, saya tidak mengetahui detail tentang kelompok-kelompok tersebut. Hanya saja, dari isu yang saya dengar overall penampilan mereka beberapa tingkat lebih baik dibanding kelompok-kelompok di kelas A. Made-faking Scary...

Jujur, gw sangat pesimis KotakRubik bisa masuk pitching. I even started to fantasize pose galau nan keren kaya gimana yang perlu gw pake ketika pengumuman pitching keluar dan KotakRubik diumumkan gak lolos. I mean, KotakRubik telah berjuang dengan sangat keras dan beberapa kali kami menghasilkan sesuatu yang worth-watching. Tapi gw merasa semua itu belum cukup. Not even close. Gw harap, dalam paruh kedua kuliah angin akan berhembus ke arah yang menguntungkan kami. Dan semoga figur-figur penting dalam kelompok lain kena patah hati dan galau berat dan ga bisa berkontribusi maksimal. Amin.

Btw, ini adalah print ad yang kami susun buat UTS.

Jangan tanya betapa rumitnya proses dibalik layar penciptaan print ad ini. =_=

Asmara?

Yeah... seperti yang mungkin kalian duga. Genre komedi romantis dalam hidup gw semakin berat ke bagian ‘komedi’-nya dibanding ‘romantis’-nya. It would be a great story to told, tapi sayangnya banyak bagian yang terlalu privat dan menyinggung privasi orang lain dan memiliki tendensi untuk memicu kontroversi. So let me break it down dalam beberapa gambaran besar. Pertama, kalian pernah nonton Glee? Ada percakapan kaya gini:

Quinn: Do you think you can love two people at one time?

Finn: Not totally, you have to choose eventualy

Quinn: Not yet

The thing is. Finn’s right. You have to choose eventualy. It’s quite imposibble for one woman with a boyfriend and a single man overflowed by hormons to stay on affection-filled relationship forever. Unfortunately, or you can say ‘fortunately’ –depends on what perspectives you take, she doesn’t choose me. Well, it’s no suprise. I know there’s no way she love me more then her boyfriend, but I thought she cares about me. At least, enough to make her don’t want to hurt me. When I figured that ‘that’ thought was wrong, I get a little bit emotional and makes few wrong moves that led to a checkmate. I could make it right again, of course. I mean, I’m a handsome fellow with acomplished grades at strategic communication major, I bet ‘that’ will be just another tongue-thing that I can handle perfectly. But my pride forbid me to do that. So from then, she and I just a normal friend. Well, a normal friend with tendency to ignore each other’s existence.

One thing led to another. I got to admit that losing her creates a devastating impact in my life. I mean, the reason I do push-up, sit-up, and jogging is her. The reason I planned to redecorate my messy room is her. The reason of all good in my life is her. So when she’s gone, my life is sinking. I stopped all my workout, I stopped cleaning up my room, etc. I was broke but luckily I got some friends that help me through my hangover. And then things started to became... more private. I can’t share it to you right now, :p let’s just close this post with another Glee quotes:

“It used to be a love triangle, and now it’s like... a pentagon.”

Tidak ada komentar: