Rabu, 01 Desember 2010

Dan in Real Life ~ a Heartbreak Kid ~ what’s next?

Dear reader, singkat saja post-an saya hari ini. Sedang tidak ada kejadian menarik dalam hidup gw yang bisa dipamerin, eh, dishare disini. Well, banyak sih sebenernya... misalnya tadi pagi seorang teman kuliah yang tidak terlalu tampan (sebut saja... ehm... greffy :p) mengkritik kebiasaan gw dan partner kuliah gw (orang yang paling sering sekelompok sama gw kalau ada tugas) yang suka sekelompok sama cewe-cewe-yang-itu-itu-aja setiap ada tugas. Yah, Greffy has a point, harusnya gw lebih sering ganti-ganti kelompok biar gw bisa membaur sama anak-anak kaskusian yang lain. Tapi lucunya, gw tau bahwa motif sebenarnya greffy mengkritik gw adalah karena dia naksir salah satu dari cewe-cewe-yang-itu-itu-aja-yang-gw-sebut-di-atas dan dia sirik sama gw dan partner gw yang sering ngabisin waktu bareng cewe tersebut. Maka dari itu, bukannya meresapi kritikan greffy, gw dan partner gw malah ngabisin setengah jam-an buat ngakak dan nge-tease greffy abis-abisan. Hehehehe.. Selain itu masih banyak lagi kilasan-kilasan menarik lainnya *menarik apanya?(“-_-)* dari hidup gw, tapi seperti kilasan diatas, kebanyakan kilasan ini terlalu singkat dan gak-berpesan-moral-sama-sekali untuk diangkat menjadi sebuah post. Jadi harap maklum bila blog ini tidak diupdate dalam tiga minggu belakangan ini. Lagian kalian juga gak peduli kan? (“-_-)

Sudahlah, mari kita mulai saja post hari ini.

Pernah gak kalian datang ke rental film dalam kondisi kejiwaan yang berbadai dan bergemuruh, tanpa merencanakan film apa yang akan anda pinjam? Yang anda tahu adalah anda sedang berada dalam kondisi galau yang amat sangat sampai-sampai anda akan langsung bunuh diri jika ada orang yang tidak sengaja melantunkan lagu ‘Gloomy Sunday’ didekat anda, dan anda membutuhkan sesuatu yang bisa menyembuhkan kegalauan anda –atau setidaknya mengalihkan pikiran anda dari segala hal yang menciptakan kegalauan tersebut. Lalu anda mulai menelusuri rak koleksi film rental tersebut, melihat sekilas semua kover-kover film yang tersedia di rak tersebut, lalu bergeser menuju rak dengan genre lain ketika tidak ada film dalam rak sebelumnya yang menarik perhatian anda. Begitu seterusnya sampai jari anda berhenti pada sebuah film dengan kover yang beresonansi dengan kondisi jiwa anda. Film yang belum pernah anda dengar sama sekali sebelumnya. Tidak ada jaminan bahwa film tersebut bagus dan layak untuk disewa, tapi sesuatu dalam hati anda memaksa untuk menyewa film tersebut. Lalu anda menyerah pada tuntutan hati anda. Anda pun menyewa film tersebut dan setelah anda menontonnya... Boom!! Memang film itulah yang dibutuhkan oleh hati galau anda.

Pernah mengalami hal tersebut? Gw pernah.

Kasus pertama terjadi pada minggu-minggu pertama setelah gw jatuh cinta (halah.. “-_-) sama seseorang sekitar dua bulan yang lalu. Sebelumnya, terakhir kali gw merasakan cinta dan segala efek samping anehnya adalah sekitar 3 atau empat tahun yang lalu (I do have a girlfriend until a year ago, but in her case, what’s playin is testoteron –not love, if you know what I mean ;-). Maka tak heran jika gw sangat rentan terhadap segala fluktuasi mood yang mungkin (dan memang!) terjadi. Apalagi, ‘seseorang’ tersebut sudah memiliki pacar (haah.. “-_-). Bisa dibayangkan betapa beratnya segala kompleksistas, awkwardness, dan hasrat yang harus ditanggung oleh jiwa rentan gw. It’s almost knocked me down. Really. Untungnya gw dipertemukan dengan film Dan in Real Life. Kover filmnya sangat mencerminkan kegalauan jiwa gw waktu menemukan film ini: Steve Carell yang sedang merebahkan kepalanya di atas setumpuk pancake dengan wajah depresi dan tatapan super melas. Dan in Real Life adalah film komedi romantis tentang seorang Dan Burns (Steve Carell) yang jiwanya telah kering oleh cinta sejak istrinya meninggal empat tahun sebelumnya, tapi kemudian jatuh cinta dengan seorang wanita yang telah memiliki pacar (dan pacarnya itu adiknya Dan sendiri! XD). Tonton sendiri film bagus ini untuk mengetahui detail ceritanya. Intinya, film ini mengajari gw bahwa segala kompleksistas, awkwardness, dan hasrat yang mungkin (dan memang!) terjadi bukanlah seorang petinju yang harus dilawan dan jika kalah melawannya anda akan ter-knocked down. Tapi kompleksistas, awkawardness, dan hasrat tersebut justru merupakan sesuatu yang manis dan lucu, yang sebaiknya dinikmati. Hahahahaha... (‘-_-)

Selain kasus diatas, gw sempet mengalami beberapa kali lagi kejadian serupa. Kasus yang paling baru adalah pertemuan gw dengan film a Heartbreak Kid, film Robert de Niro yang sebenernya gak bagus-bagus amat. Tapi detail cerita kasusnya terlalu privat untuk dishare disini, (=_=)d engga deng, ga privat-privat amat. Cuma males aja nulisnya. (=_=)d

Yeah... Sekian dari saya... Pesan saya, ikutilah kata hati anda setiap kali anda pergi ke rental film dalam keadaan galau. See you at the next post...

P.s: I love you.

1 komentar:

amanatia junda mengatakan...

hayooo sapaaaaa?