Sabtu, 13 Agustus 2011

The Dark Side of the Balong



Dear reader,

Kalau gak salah, gw pulang ke Sukabumi sejak tanggal 2 Agustus. Artinya, sudah sebelas hari gw di rumah. Dalam kata lain, udah sebelas hari gw hidup tanpa kegiatan produktif yang berarti. Kerjaan gw disini cuma internetan-maen game-nonton tv-nonton film-solat taraweh-tidur. Idealnya, libur di bulan Ramadhan bisa diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat ruhaniah seperti tadarus, ikut ceramah, bakti sosial, dan lain-lain. Tapi sepertinya minat saya terhadap kegiatan-kegiatan tersebut sudah hilang. Kesimpulannya, kehidupan saya selama libur musim panas ini... tidak ideal. Satu-satunya blast yang gw alami adalah ketika gw ke Bandung untuk nonton Transfomer & Harry Potter bersama teman-teman SMA gua (salah satunya adalah wanita paling cantik yang pernah gw kenal. Ehm. #kode). Selain itu, kehidupan gw sedatar... bidang datar (lagi puasa, ga boleh pake inapropriate joke).

Maka dari itu, beberapa hari terakhir ini gw memutar otak untuk mencari kegiatan yang bisa dijadiin proyek selama sisa liburan. Masalahnya adalah, sepertinya di Sukabumi ga ada yang butuh analis media planning, ga ada yang butuh bantuan ngerjain proposal penelitian, ga ada yang butuh penjelasan mengenai mata kuliah komunikasi, dan ga ada yang butuh kuliah filsafat. Alhasil gw merasa seperti Sam Wickwity. Kurang dari dua bulan lalu, gua adalah rockstar yang ngebawa kelompok gua jadi kelompok terbaik di kelas Media Planning. Kurang dari dua minggu yang lalu, gua adalah Customer Service baru terfavorit di Bima Sakti. Sekarang? I’m as good as dead. Untungnya, gw mendapatkan inspirasi akan proyek yang harus dikerjakan. Code Name: Balong Revitalitation.

Balong?

Balong adalah bahasa sunda dari kolam ikan. Seperti yang mungkin beberapa kalian telah ketahui, gw punya sebuah balong kecil di belakang rumah. Dulu, balong ini secara rutin ditanami beragam ikan, mulai dari ikan nila, ikan emas, ikan lele, bahkan ikan cupang pernah dicoba dibudidayakan disini. Tapi, kemudian tetangga sebelah meminta balong gw karena beliau ingin memperbanyak usaha budidaya-nya. Setelah sang balong resmi dipindahtangankan, tetangga gw langsung me-retouch sang balong tersebut. Apa yang tadinya hanya balong asal jadi, disulap menjadi sebuah balong beton dengan beberapa bak terpisah yang entah fungsinya apa. Awalnya, balong beton ini terlihat menjanjikan. Namun, beberapa bulan kemudian, tanpa alasan yang jelas beton-beton tersebut runtuh. Ikan-ikan yang berada dalam bak melarikan diri menuju kebebasan. Tamatlah impian ekspansi budidaya sang tetangga.

Setelah peristawa naas tersebut, sang balong menjadi tak terurus. Dan setelah bertahun-tahun, balong yang dulunya begitu hidup tumbuh tak terurus menjadi semacam rawa. Rumput-rumput liar ditambah eceng gondok merajalela. Balong tersebut juga tercemar oleh limbah sabun sang tetangga (yang sebagian kecil saluran pembuangannya berakhir di Balong tersebut). Tanahnya menghitam, air yang tersisa mengendap karena sistem drainase telah rusak, dan nyamuk serta serangga-serangga lain berkembang biak dengan pesat. Satu kata untuk mendeskripsikannya: suram.

Revitalitation?

As you may know, dalam keadaan normal gw gak akan peduli sama sekali dengan balong tersebut. Tapi karena liburan super-selo ini mulai membuat saya menjadi gila dan karena saya terlalu sering menonton channel NatGeo Adventure, gw memutuskan untuk menghidupkan kembali sang balong. Tidak ada salahnya untuk kembali mencoba berekstrim-ekstrim dan berkotor-kotor. Kembali megang cangkul setelah sebelumnya pegangan saya cuma buku dan laptop. Kembali terjun ke balong setelah sebelumnya habitat saya cuma perpus-kampus-kos-kafe-game center. Dan tugas pertama saya jelas: singkirkan semua rumput liar yang ada.

Well, it wasn’t that hard, but it wasn’t that easy. Detik pertama ketika gw turun ke balong, sebagian diri gw pengen naek lagi karena bau-nya kaga nahan. Tapi jika kita kesampingkan bau dan lumpur dan air kotor, balong ini sama nyamannya seperti kolam renang sehingga gw bisa betah disana. Sekitar satu jam gw habiskan untuk menyiangi rumput-rumput tersebut. Awalnya, gw nyabut rumput pake sejenis garukan ajaib dan ngebuang rumput yang tercabut keluar balong. Tapi kemudian instruksinya berubah. Rumputnya ternyata tidak dibuang, tapi dibalik. Which means, yang harus digunakan adalah cangkul, bukan garukan ajaib. Dan pekerjaannya menjadi sedikit lebih rumit karena ngebalik tanah pake cangkul ga semudah nyabutin rumput pake garukan ajaib.

Setelah itu, tidak ada hambatan yang berarti sampai cangkul gw ga sengaja mengenai sebuah pipa berbentuk leher bangau. Pipa tersebut pecah dibagian pangkal leher. Akibatnya, air yang awalnya keluar lewat mulut bangau kini keluar lewat pangkal leher. Tadinya gw kira pipa ini adalah pipa pembuangan cuci tetangga sehingga retakan tersebut tidak menjadi masalah. Apa bedanya kalau air keluar lewat bawah sama lewat atas? Tapi setelah dilihat lagi, ternyata gw salah. Pipa tersebut adalah bagian dari sistem rotasi air berbasis hukum Pascal dari kolam ikan tetangga. Fungsinya adalah menjaga level air agar tidak terlalu berlebih (kelebihan air bisa membuat kolam meluap dan membuat ikan kabur atau lebih parah, membuat kadar oksigen dalam air berkurang dan menyebabkan ikan mati kehabisan nafas). Karena itulah sang pipa dibuat dalam bentuk leher bangau. Dugaan gw, pipa tersebut terhubung dengan bagian bawah kolam tetangga. Lalu tinggi kepala bangau disesuaikan dengan tinggi level air yang diinginkan. Sifat air yang *permukaannya selalu rata* dimanfaatkan menjadi sistem penjaga tinggi level air. Dude, gw belajar hal ini sejak tiga SD, tapi baru sekarang gw liat pengaplikasian praktisnya. :))

Artinya, ini serius, gw bisa bikin kolam tetangga surut dan ikan-ikannya mati. Gw mulai panik karena untuk mengatasi kebocoran, pipa tersebut harus segera diganti. Nyari dan masang pipa baru bisa makan waktu lama, kolamnya bisa keburu surut duluan. Untungnya sudut mata gw menangkap ada plastik bekas yang mengambang, gw pun segera menyambar plastik tersebut dan menggunakannya sebagai sumbat. Believe it or not, pipa bangau tersebut akhirnya kembali bekerja dengan normal.

Gw masih bingung langkah selanjutnya apa, but for today, that’s all folks! :)

Tidak ada komentar: